14 January, 2007

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PARTAI

Pada Munas PKS yang lalu, dalam sambutan penutupan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memuji PKS sebagai partai “paling” peduli. PKS dikenal sebagai partai yang banyak membantu masyarakat kecil. PKS terbiasa mengadakan santunan, bakti sosial, bazar amal dan tentu saja melakukan kegiatan respon bencana. Tradisi kepedulian PKS mudah-mudahan bukan semata karena kepentingan mendulang suara dalam pemilu dan pilkada, tetapi betul-betul lahir dari tanggung jawab sosial terhadap masyarakatnya.

Sebagaimana Corporate Social Responsibility (CSR), maka tradisi kepedulian PKS bisa menjadi pemicu berkembangnya wacana Party Social Responsibiliy (PSR). Meskipun tidak bersih dari pro – kontra sebagaimana CSR, maka PSR akan menemukan akar perkembangannya melalui pendalaman peran yang bisa dilakukan oleh PKS. Dimana menjadi kewajiban PKS untuk menemukan jatidiri peran kepeduliannya secara substantif, bukan terjebak pada sesuatu yang artifisial.

Dan hari-hari ini, kesejatian peran kepedulian PKS sedang diuji oleh realitas masyarakat kecil yang sedang menderita. Sejak dipicu oleh kenaikan BBM, sebagian besar masyarakat menengah bawah sedang merintih karena tekanan hidup yang cukup menyiksa. Dalam kondisi seperti ini masyarakat ingin melihat bagaimana keluarga besar PKS melakukan pembelaan yang nyata terhadap nasib masyarakat kecil. Bukan dalam bentuk asesoris seperti dalam bentuk bakti sosial, bazar amal atau sejenisnya, tetapi dalam bentuk yang strategis seperti perubahan kebijakan yang menolong nasib orng miskin.

Pernah seorang kawan menuturkan bahwa anggota legislatif dari PKS sudah memperjuangkan agar BBM tidak dinaikkan. Tapi karena konfigurasi suara partai politik di legislatif dominan menyetujui kenaikan BBM, maka PKS harus mengambil langkah taktis efektif. Dan terjadilah keputusan kenaikan BBM tersebut. Masalahnya adalah, jika selalu yang diambil oleh PKS adalah jalan taktis efektif, maka publik akan mempersepsi bahwa PKS “terlarut” ke dalam bagian besar pengambil kebijakan yang membuat masyarakat menderita.

Masyarakat justru ingin melihat bahwa PKS mengambil langkah perjuangan yang maksimal. Masyarakat ingin melihat bahwa PKS menampilkan pembelaan yang habis-habisan dalam melindungi nasib masyarakat kecil. Misalkan dengan melakukan Walk Out (WO) pada saat terjadi pengambilan keputusan untuk menaikkan BBM. Meskipun langkah WO tersebut tidak akan membuat penolak kenaikan BBM menang, tetapi setidaknya masyarakat mengetahui bahwa PKS telah memperjuangkan semaksimal mungkin. Dan bukankah perjuangan sejati tidak dinilai oleh memang dan kalah ? Tetapi dinilai dari kesetiaan terhadap jalan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan ?

Saat ini, masyarakat terus mengamati bagaimana tindak lanjut PKS dalam menyikapi realitas kekinian. Apakah PKS mampu menunjukkan diri sebagai partai bersih dan peduli yang sejati, ataukah slogan itu hanya menjadi pemanis untuk memikat pemilih saja. Masih banyak waktu bagi PKS untuk memperbaiki dan mengambil langkah yang tepat. Jangan menunggu sampai masyarakat kecewa dan memasukkan lagi PKS dalam daftar partai sebagaimana biasanya. Jangan sampai masyarakat mempersepsi : tidak ada bedanya apakah partai Nasionalis, partai Tengah, partai Islam atau partai Peduli, kalau sudah duduk di legislatif dan eksekuif, mudah melupakan pemilihnya yang mayoritas masyarakat kecil. Naudzubillahi min dzalik !

No comments: