25 April, 2010

Sinergi Zakat Indonesia

Salah satu mimpi banyak orang di Indonesia adalah menyaksikan sinergi zakat di Indonesia dapat terwujud secara nyata. Banyaknya permasalahan kemiskinan yang dihadapi , disertai dengan banyaknya pengelola zakat di Indonesia menimbulkan harapan pencapaian sinergi yang lebih baik. Harapan sinergi itu juga tertuju pada keinginan agar pengelolaan zakat di Indonesia meniscayakan sinergi antara pemerintah dan masyarakat yang lebih solid lagi. Pemerintah dan masyarakat tidak perlu lagi didikotomikan dalam keperluannya untuk sama-sama terlibat mengelola zakat di Indonesia.

Pentingnya sinergi adalah dalam rangka mengkonsentrasikan potensi kekuatan untuk satu kepentingan atau satu tujuan bersama, menghindari tumpang tindih program yang dijalankan oleh masing-masing Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), memanfaatkan kelebihan dari satu pihak untuk menutupi kelemahan pada pihak lain dan menciptakan jalinan serta keberlanjutan program melalui keterlibatan aneka OPZ.

Jenis sinergi yang mungkin diwujudkan adalah : 1) Sinergi Kepentingan Strategis Umat, yaitu sinergi dalam rangka membiayai dan menyelenggarakan sebuah unit aktivitas sosial umat yang dianggap strategis pada periode waktu tertentu, seperti sekolah, rumah sakit, perpustakaan dan sebagainya. 2) Sinergi Bidang Program, yaitu sinergi untuk melaksanakan satu bidang program yang sama seperti bidang pendidikan atau kesehatan. Pada jenis sinergi ini, OPZ-OPZ yang memiliki keinginan terlibat pada satu bidang yang sama diharapkan untuk berhimpun dan menunjuk koordinator untuk bidangnya dalam rangka melaksanakan program. 3) Sinergi geografis, yaitu sinergi untuk melaksanakan sebuah program pendayagunaan zakat di suatu wilayah atau daerah. OPZ-OPZ yang ada di satu wilayah bersama-sama melakukan sinergi dalam rangka mendayagunakan zakat dan mengatasi kemiskinan di wilayah mereka beraktivitas. 4) Sinergi regional dan internasional, yaitu para pegiat zakat di Indonesia harus secara bersama-sama mengupayakan terwujudnya sinergi zakat di tingkat regional dan internasional. Pegiat zakat di Indonesia bersama-sama dengan pegiat zakat dari negara lain melakukan optimalisasi pemanfaatan zakat dalam rangka mengurangi ketimpangan kemiskinan antar negara, minimal pada saat terjadi bencana besar yang menimpa suatu negara.

Dalam tingkatan sinergi, sekurang-kurangnya pegiat zakat dapat melakukan : Sinergi Informasi, yaitu sinergi pada tingkatan mengumpulkan dan menghimpun informasi atau data untuk kemudian diolah dan dimanfaatkan secara bersama dalam rangka pelaksanaan program atau pelayanan kepada semua pihak. Adapun bentuk tingkatan sinergi lain adalah Sinergi Program, yaitu melakukan kerjasama dalam pelaksanaan program , terutama dalam rangka penyaluran atau pendayagunaan zakat kepada mustahik.

Untuk mewujudkan upaya sinergi tersebut, Forum Zakat (FOZ) sebagai asosiasi organisasi pengelola zakat se-Indonesia yang menghimpun Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) telah melakukan berbagai kegiatan sinergi program zakat di Indonesia. Selain berbagai rintisan program sinergi yang telah dilakukan pada masa lalu, program sinergi bersama terakhir yang dilakukan adalah sinergi pasca gempa, yaitu pembangunanan masjid di Tasikmalaya dan pembangunan sekolah di Padang. Kedua program tersebut dibiayai secara bersama-sama oleh OPZ yang menjadi angggota FOZ.

Sinergi bersama OPZ dalam rangka membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan telah membuktikan bahwa semua OPZ memiliki keinginan yang sama dalam rangka membangun kebersamaan, mewujudkan kekuatan zakat Indonesia dan terlibat penuh dalam turut serta mempercepat kontribusi zakat dalam membantu mengatasi kemiskinan.

01 April, 2010

from domestic helper becomes employer

Currently more than 125,000 Indonesian women become migrant workers in Hong Kong. The kind of work as a Domestic Helper or housemaid. Profession as a domestic Helper was willing to be lived as the seductive promises of income for the many people of Indonesia. Minimum wage as a Domestic Helper in Hong Kong today is HK$ 3,580 or equivalent to IDR 3.9 million.

For many women from the grassroots, wage rates are almost equivalent to IDR 4 million, it felt very much. If the previous time in Indonesia, the women were living with sorrow, after the Hong Kong, they feel a person can afford. The money flowing for various purposes. From start shopping for clothes, cosmetics, household needs, to buy electronic goods. For those who are unable to manage, the money works out to spending only a moment for your enjoyment. For some of the concern and care, the money was used to help families in Indonesia and the rest is saved.

Imperceptibly, a lot of Indonesian Workers in Hong Kong who have undergone more than 10 years of work. Many of those workers who actually wanted to go home to Indonesia and ended the job as a Domestic Helper in Hong Kong. But the temptation to accept a fair salary, making them chained in households occupied by their employer. Many migrant workers who return home to Indonesia from Hong Kong, but when he got back home, not knowing what should work. Eventually, the savings work out well in Hong Kong. Comes the temptation to return to work in Hong Kong as domestic helpers.

Almost all the workers on his way to Hong Kong to think that the profession is only temporary. On one day they want returned to Indonesia and live better. But in course of time, many workers who ultimately do not have good planning and management. Be ultimately they undergo cycles: unemployed - become migrant workers - are unemployed again - to become overseas workers again, and so on,

Understanding these conditions, Dompet Dhuafa (DD) along with several organizations involved migrant workers in Hong Kong and economic partners in Indonesia to facilitate the program for realizing the independence of workers. The definition of independence is a condition where the migrant workers coming home from Hong Kong will be able to live in economically secure enough to sustain life. The program includes awareness and socialization in personal financial management, job skills training, entrepreneurship development and halal investment guidance, safe and profitable as an investor.

Many of the workers who now began to pioneer and develop business in Indonesia. Part of this effort is managed by a family worker or a trusted partner in Indonesia. Some others began putting their money in various investments for the establishment and development of Islamic financial institutions which proved profitable. Now some workers have become investors in the establishment and development of the Baitul Mal wa Tamwil (Islamic micro finance).

If all workers independence pioneering program is running well, then the worker will be able to live a better life in Hong Kong after the full task. This success will also bring changes in workers from auxiliary to the employer.

Dari Pembantu Menjadi Majikan

Saat ini lebih dari 125.000 wanita Indonesia menjadi pekerja migran di Hongkong. Jenis pekerjaan yang dijalaninya adalah sebagai Domestic Helper, alias pembantu rumah tangga. Profesi sebagai pembantu rumah tangga ini rela dijalani karena menjanjikan balas jasa yang menggiurkan bagi banyak penduduk Indonesia. Gaji minimal sebagai Domestic Helper di Hongkong saat ini adalah HK$ 3580 atau setara dengan Rp 3,9 juta.

Bagi banyak wanita dari kalangan masyarakat bawah, angka upah yang nyaris setara Rp 4 juta itu terasa sangat banyak. Jika sebelumnya saat di Indonesia, perempuan-perempuan tersebut hidup dengan kesusahan, setelah di Hong Kong, mereka merasa menjadi orang yang mampu. Mengalirlah uang tersebut untuk berbagai keperluan. Dari mulai belanja baju, kosmetik, keperluan rumah tangga, sampai membeli barang elektronik. Bagi yang tidak mampu mengelola, uang hasil bekerja itu hanya habis untuk belanja sesaat untuk kesenangan. Bagi sebagian yang prihatin dan peduli, uang itu digunakan untuk membantu keluarga di Indonesia dan sisanya ditabung.

Tanpa terasa, banyak di antara Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong yang sudah menjalani kerja lebih dari 10 tahun. Banyak di antara TKI tersebut yang sesunguhnya ingin pulang ke Indonesia dan mengakhiri tugas sebagai Domestic Helper di Hongkong. Akan tetapi godaan untuk menerima gaji yang lumayan itu, membuat mereka terpasung di rumah tangga yang dihuni para majikan mereka. Banyak juga TKI asal Hongkong yang kembali ke Indonesia, namun sesampainya di kampung halaman, tidak tahu harus bekerja apa. Lama kelamaan uang simpanan hasil bekerja di Hongkong habis juga. Muncullah godaan untuk kembali bekerja di Hongkong sebagai pembantu rumah tangga.

Hampir semua TKI pada saat berangkat ke Hongkong berpikir bahwa profesi yang dijalaninya hanyalah sementara. Pada suatu hari mereka ingin kembali ke Indonesia dan hidup lebih baik. Namun dalam perjalanan waktu, banyak TKI yang akhirnya tidak memiliki perencanaan dan pengelolaan yang baik. Jadilah akhirnya mereka menjalani siklus : menganggur - menjadi TKI - menganggur lagi - menjadi TKI lagi, begitu seterusnya.

Memahami kondisi tersebut, Dompet Dhuafa (DD) bersama beberapa organisasi TKI di Hongkong dan melibatkan mitra ekonomi di Indonesia memfasilitasi program guna mewujudkan kemandirian TKI. Yang dimaksud kemandirian adalah sebuah kondisi dimana para TKI sepulang dari Hongkong akan mampu hidup dalam kondisi ekonomi yang cukup aman untuk menopang kehidupannya. Program tersebut meliputi penyadaran dan sosialisasi dalam pengelolaan keuangan pribadi, pelatihan keterampilan kerja, pengembangan kewirausahaan dan bimbingan berinvestasi yang halal, aman serta menguntungkan sebagai investor.

Banyak di antara TKI yang kini mulai merintis dan mengembangkan usaha di Indonesia. Sebagian usaha ini dikelola oleh keluarga TKI atau mitra terpercaya di Indonesia. Sebagian yang lain mulai menanamkan uangnya dalam berbagai investasi untuk pendirian dan pengembangan lembaga keuangan syariah yang terbukti menguntungkan. Kini sebagian TKI telah menjadi investor dalam pendirian dan pengembangan usaha Baitul Mal wa Tamwil.

Jika semua program perintisan kemandirian TKI ini berjalan dengan baik, maka TKI akan mampu hidup lebih baik pasca purna tugas di Hongkong. Keberhasilan ini juga akan mengantarkan perubahan TKI dari pembantu menjadi majikan.