Pasukan tentara, selalu terkesan angker. Badannya tegap, perilakunya keras dan tampangnya garang. Maklum tentara memang dibentuk untuk siap menghadapi perang. Dalam perilaku kita sehari-hari sebagai masyarakat sipil, tak banyak interaksi sosial kita dengan militer. Paling yang selalu kita lihat adalah saat tentara berbaris, berlatih atau bertugas menjaga sebuah tempat. Itupun umumnya kita melihat mereka dari jauh.
Meskipun tanpa diajak kerjasama oleh kitapun, pasukan tentara akan terpanggil untuk menolong masyarakat yang menjadi korban banjir, akan tetapi melalui kerjasama, kita diberikan kewenangan untuk mengatur dan menempatkan pasukan tentara di wilayah mana saja yang kita kehendaki. Termasuk juga meminta pasokan jumlah kendaraan truk tinggi besar, perahu karet bermesin dan perlengkapan lainnya untuk
Dan ternyata perkiraan kita memang betul. Selama penanganan aksi, para prajurit marinir ini terlihat sangat tangkas. Saat sebagian kita mendayung perahu karet tertatih-tatih di arus banjir yang sangat deras atau berusaha berpegangan di jalur tambang untuk menjaga agar perahu karet tidak hanyut, maka dengan lancarnya perahu karet bermesin marinir menjelajahi semua aliran banjir. Bagai speedboat, perahu karet bermesin marinir menyapu setiap kawasan untuk mencari korban yang perlu dievakuasi. Bolak-balik perahu karet bermesin marinir ini mengantarkan korban evakuasi dari lautan banjir ke daratan.
Kesigapan marinir juga terlihat ketika mereka mengangkut bantuan logistik seperti beras, mie instan, telur dan air minum mineral. Juga ketika mereka membantu kegiatan layanan medis dan dapur umum. Puncaknya adalah ketika mereka kita libatkan dalam aksi pembersihan lumpur dan sampah setelah air surut. Pasukan marinir sekali lagi menunjukkan kekompakan dan kerja kerasnya yang sangat efektif.
Selama berinteraksi dengan pasukan marinir, selain kita menyaksikan ketangkasan mereka dan ketegasan kata-kata : “Siap Komandan !” atau “Run Do !” dari mulut mereka apabila diperintah, kita juga menyaksikan sisi lain dari pasukan marinir. Ternyata bahwa sebagian dari pasukan marinir itu juga penuh ketulusan untuk selalu memenuhi berbagai pekerjaan yang kita minta. Juga di balik wajah garangnya, tersirat kepolosan dalam kemudaan usianya ketika memahami segala sesuatu.
Mereka juga bukanlah jenis manusia yang serakah. Suatu malam saat berjaga di Posko kita untuk melanjutkan aksi berikutnya, kami menawari mereka makan malam dengan nasi
Semakin tertusuk hati kami, ketika malam itu kami beranjak pulang menuju rumah masing-masing menemui istri dan anak-anak kami, berharap bisa beristirahat setelah seharian bergulat dengan banjir dan tidur di kasur yang nyaman, sementara para prajurit marinir masih berjaga di posko banjir kami dengan siaga sepanjang malam. Sungguh meskipun begitu banyak orang telah berjasa dalam menolong korban banjir kali ini, maka teramat pantas bila kita juga berterima kasih kepada pasukan marinir. Salam Komando !