28 January, 2007

SELIMUT HATI

Bagai rantai yang tak terputus, di wilayah Indonesia ini, kita menyaksikan berbagai keajaiban luar biasa yang desain oleh Yang Maha Kuasa. Pertama kita telah ditimpa tsunami yang bisa disebut sebagai bencana alam terbesar abad ini. Bagai tanpa aba-aba, gelombang lautan besar sebagai akibat terjadinya gempa telah menenggelamkan ratusan ribu jiwa. Para ahli meteorologi dan geofisika dibuat tak berdaya, bahkan sekedar untuk memberikan prediksi awal.
Menyusul kemudian bencana lumpur di Porong Sidoarjo, yang sampai kini telah melewati waktu delapan bulan, masih belum bisa diatasi. Meskipun banyak para ahli geologi telah dilibatkan untuk mempelajari penyebab dan menemukan cara mengatasinya, namun sampai sekarang hal itu tak kunjung didapatkan. Kita semua bagai kehabisan pengetahun dan konsep untuk sekedar menjelaskannya.
Yang terakhir adalah terjadinya “penghilangan” kapal KM Senopati dan Pesawat Adam Air dengan No. Penerbangan KI 574 Jurusan Surabaya - Manado. KM Senopati yang tenggelam di perairan dekat Pulau Mandalika, Jepara, hanya mampu kita beri alasan karena terhantam gelombang. Lebih dari 300 penumpangnya sampai hari ini tidak diketahui nasibnya. Usaha pencarian telah dilakukan selama hampir satu bulan penuh dengan mengerahkan semua kekuatan yang kita miliki, termasuk kapal selam. Akan tetapi sampai hari ini bangkai kapal itu masih belum kunjung ditemukan.
Sementara Pesawat Adam Air kita coba uraikan penyebabnya adalah badai di udara, karena kehilangan arah, kemudian hilang tak tahu kemana perginya. Meskipun telah ditemukan berbagai barang yang diduga sebagai serpihan pesawat adam air, akan tetapi badan pesawat itu sampai hari ini belum ditemukan. Padahal usaha pencarian sudah dilakukan oleh personil dalam jumlah yang mencapai ribuan orang, menggunakan berbagai kapal perang yang canggih. Bahkan sudah dibantu oleh para ahli dari Singapura dan Amerika. Khusus dari Amerika didatangkan kapal USNS Mary Sears untuk ikut mendeteksi keberadaaan badan pesawat. Tetapi sudah 25 hari dilewati, hasilnya badan pesawat belum juga diketemukan.
Peristiwa-peristiwa hebat yang telah terjadi itu, seringkali dirasakan oleh kita sebagai sesuatu yang biasa saja. Rasio kita sering merespon lebih cepat dan lebih banyak, sehingga yang timbul kemudian hanyalah apresiasi logika semata. Tak ada jejak secuil pun yang kemudian hinggap dan bersemayam dalam hati kita. Peristiwa yang sarat makna tersebut, tidak mampu menggetarkan kesadaran iman kita. Sebuah peristiwa luar biasa yang seharusnya memiliki dampak kepada hati kita, ternyata tidak berpengeruh apa-apa. Kita tentu perlu waspada, jangan-jangan itu semua karena hati kita telah tertutup oleh selimut.
Rasulullah saw pernah bersabda bahwa manakala setiap insan melakukan sebuah perbuatan dosa, maka akan muncul satu titik hitam di dalam hati kita. Dan manakala dosa tersebut semakin bertambah banyak, maka titik hitam itu semakin meluas. Sampai kemudian titik hitam itu mulai menutupi hati kita. Jadilah ia seperti selimut yang menghalangi hati kita. Sehingga apabila hati manusia sudah terselimuti oleh perisai hitam, maka menjadi sulit hati ini untuk memendarkan kebeningan. Gelombang peringatan dan fenomena yang penuh keajaibaan pun tidak mampu ditangkap oleh hati yang dipenuhi selimut hitam.
Hati yang sudah terselimuti tidak mampu menangkap sinyal kebesaraan Allah SWT di balik peristiwa. Hati seperti ini tidak terpengaruh lagi oleh beban penderitaan dan isak tangis mereka yang kekurangan. Juga sudah tidak berdampak segala kesedihan dan air mata dari para anak yatim yang kelaparan dan tak memiliki masa depan. Puncaknya bahkan sudah tidak peduli dengan segala keadaan masyarakat dan negara.
Menjejaknya kita di awal tahun 1428 Hijriyah ini adalah momentum bagi kita untuk mulai membersihkan kembali hati kita. Noda-noda yang menyelimuti harus mulai kita beningkan dengan ketundukan, kepasrahan dan pengabdian kepada-Nya. Semoga pada hari-hari yang akan datang selimut hati kita telah berganti dengan cahaya keimanan dan kepedulian. Wallahu A’lam !

No comments: