05 February, 2008

Pahlawan Sejati


Setelah meninggalnya Pak Harto pada tanggal 27 Januari 2008, kini bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada kontroversi apakah Pak Harto layak diberi gelar pahlawan. Menimbang jasa dan tindakan yang dilakukan beliau, baik sebelum atau selama menjabat presiden selama 32 tahun, sampai akhirnya dilengserkan oleh rakyat dan mahasiswa pada tahun 1998, tentu tidak mudah untuk segera diputuskan.

Seorang pahlawan adalah seseorang yang telah mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang lain atau masyarakatnya. Seorang pahlawan adalah orang yang mengorbankan pikiran, tenaga, harta, bahkan nyawanya dalam rangka membela kepentingan masyarakat dan bangsanya. Hidup seorang pahlawan diabdikan dalam rangka mempersembahkan sesuatu yang berarti bagi masyarakatnya. Seringkali seorang pahlawan kehilangan sesuatu yang berarti dari dirinya atau keluarganya, semata-mata demi kebaikan masyarakatnya.

Semangat para pahlawan adalah semangat untuk selalu bersedia menebar kebaikan kepada lingkungannya. Misi hidup seorang pahlawan adalah senantiasa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Semakin besar nilai manfaat yang diberikan seseorang terhadap masyarakatnya, maka semakin besar nilai kepahlawanannya. Misi ini sejalan dengan pesan Rasulullah saw yang berbunyi : ”Manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.

Tentu saja, seorang pahlawan sejati tidak pernah bermimpi atau bercita-cita agar pada akhir hidupnya ia diberi gelar pahlawan oleh masyarakat dan bangsanya. Pahlawan sejati juga tidak pernah bermimpi untuk dimakamkan di taman makam pahlawan. Bagi seorang pahlawan sejati, gelar, prosesi dan tempat pemakaman hanyalah asesoris luar dalam latar kehidupan manusia yang bersifat nisbi.

Mungkin saja, nilai kepahlawan seseorang dapat diukur dari banyaknya orang yang melayat saat kematiannya. Atau diukur dari banyaknya orang yang mengantarkan jenazahnya ke pemakaman. Mungkin juga nilai kepahlawan dapat diukur dengan banyaknya orang yang menyambutnya dengan penuh penghormatan di sepanjang jalan yang dilalui oleh jenazah orang tersebut.

Bahkan mungkin nilai kepahlawan seseorang dapat diukur dengan seberapa besar air mata masyarakat tumpah karena keharuan ditinggal pergi orang tersebut. Tentu saja bukan oleh air mata yang disebabkan efek publisitas media yang impulsif dan berulang-ulang, sebagaimana hampir semua penonton akan menangis setelah menyaksikan film Romeo & Julliete yang diskenariokan berakhir tragis. Tapi diukur dari air mata yang meleleh dari dalam sanubari setiap orang yang menyadari bahwa teramat besar jasa orang tersebut bagi masyarakatnya.

Kebenaran hakiki nilai kepahlawan Pak Harto, pada akhirnya, Allah SWT yang akan mengadilinya. Kita semua hanya bisa berharap dan berdoa bahwa amal kebaikan Pak Harto akan masih lebih banyak dibandingkan segala keburukannya. Dan yang terpenting lagi adalah bagaimana agar kita terus hidup dengan membawakan misi seorang pahlawan sejati.