Setiap muslim (laki-laki)
diwajibkan untuk melaksanakan sholat jumat, dimana di dalamnya ada khutbah
jumat. Khutbah jumat merupakan satu kesatuan ibadah yang terangkai dengan
sholat jumat. Dengan kedudukan khutbah jumat yang merupakan rangkaian langsung
dari sholat jumat, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir selalu, setiap muslim
akan mendengarkan khutbah pada hari jumat (khutbah jumat).
Selama ini, khutbah jumat masih
dikelola dengan cara konvensional, dimana khutbah jumat cenderung dipandang
sebagai pelengkap berlangsungnya kewajiban melaksanakan sholat jumat. Dengan
cara pandang seperti itu, maka khutbah jumat belum dikelola secara optimal
sebagai wahana pendidikan umat yang strategis. Agar khutbah jumat memiliki
kualitas yang tinggi, maka khutbah jumat perlu dikelola dengan sudut pandang
sebagai kursus Islam berkelanjutan.
Khutbah jumat harus dipandang
sebagai forum pembinaan umat mingguan di mana setiap muslim akan mengikuti kursus
rutin dengan tatap muka sebanyak 52 kali dalam setahun. Setiap pekan sekali,
pada hari Jumat secara berkelanjutan, seorang muslim akan mengikuti pendidikan
untuk meningkatkan pemahaman Islam. Minimal lamanya tatap muka adalah 15 menit
yang dilakukan terus menerus sejak seorang muslim baligh sampai dia meninggal.
Jika seorang muslim memasuki baligh pada usia 15 tahun dan meninggal pada usia
60 tahun, maka jumlah jam belajar yang dijalani dengan khutbah jumat minimal adalah
35.100 menit atau 585 jam. Ini adalah jumlah jam belajar yang cukup panjang
untuk mempelajari pemahaman Islam.
Untuk dapat memperbaiki kualitas
khutbah Jumat, setidaknya ada beberapa faktor yang perlu diperbaiki, yaitu :
1. Kurikulum.
Perlu disiapkan rancangan materi (topik) pembahasan yang akan disampaikan oleh
seorang khatib Jumat. Susunan materi ini harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga menggambarkan urutan pembahasan yang berjenjang dan menyatu.
Setidaknya, ada 52 materi pembahasan dalam setahun yang perlu dibuatkan
rancangan tatap muka dan bisa dilanjutkan pada jenjang selanjutnya di tahun
berikutnya. Rancangan tatap muka khutbah ini bisa disebut sebagai Satuan Acara
Khutbah (SAK), yang menjelaskan sub-sub bahasan atau poin-poin penting bahasan
yang harus disampaikan dalam satu kali penyampaian khutbah. Selain materi
bahasan dan sub bahasan, juga di dalam SAK dijelaskan cara menyampaikan dan
sumber rujukan utama materi pembahasan. SAK adalah semacam Term of Reference
(TOR) dari proses khutbah yang setiap pekan dilakukan.
2. Khatib.
Perlu disiapkan khatib yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi
pembahasan sesuai kurikulum yang telah dibuat. Khatib harus memiliki
kualifikasi penguasaan materi bahasan dan kemampuan menyampaikan materi bahasan
dengan jelas dan menarik. Dengan kualifikasi
Khatib yang bagus, maka materi bahasan juga dapat ditransfer kepada jamaah
dengan baik, sehingga menghasilkan pemahaman yang benar sesuai maksud
kurikulum. Pun dengan kemampuan khatib yang menarik akan mengurangi jumlah
jamaah yang tertidur saat khutbah berlangsung.
3. Sarana
dan Prasaran. Perlu disiapkan sarana dan prasarana untuk mencapai dukungan
proses penyampaian informasi dan pesan-pesan khutbah yang memiliki dampak
kepada jamaah. Sound system harus diatur agar menghasilkan suara yang jernih
dan nyaman bagi jamaah. Sudah saatnya untuk menyediakan fasilitas layar
presentasi, agar materi bahasan semakin dimengerti. Ruangan yang dikondisikan
agar dapat membuat jamaah khusyuk mendengarkan khutbah jumat. Lebih bagus lagi,
kalau selesai sholat jumat, jamaah dapat membawa bulletin atau lembaran yang
berisi catatan pembahasan khutbah (hand out).
4. Proses.
Pada akhirnya setiap masjid harus memperbaiki proses pengelolaan dan layanan
jamaah. Untuk mencapai suatu proses pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan
interaksi yang dekat antara pengelola atau pengurus masjid dengan jamaahnya.
Guna mencapai tujuan kursus berkelanjutan, pada akhirnya pengelola masjid harus
mengenali jamaah yang terus menerus atau sangat sering sholat jumat di masjid
itu dengan yang hanya sekali atau sesekali datang karena kebetulan melintas
dekat masjid itu pada saat sholat jumat. Masjid pada akhirnya harus
mengembangkan sistem database masjid. Masjid juga harus meningkatkan kualitas
pengelolaan sehingga menciptakan kondisi masjid yang makmur.
s Semua faktor itu sangat
menentukan keberhasilan dalam pencapaian khutbah jumat sebagai kursus Islam
berkelanjutan. Jika tidak ada upaya sungguh-sungguh dalam memperbaiki kualitas
khutbah jumat, maka khutbah jumat hanya akan menjadi ritual pekanan yang tidak
memiliki dampak dalam peningkatan kualitas pendidikan Diniyah Islam bagi umat. Sebaliknya,
jika khutbah jumat ditingkatkan kualitasnya, maka sebagian fungsi pendidikan Diniyah
Islam akan dapat dicapai melalui khutbah jumat.
No comments:
Post a Comment