26 December, 2006

SUKSES DENGAN BERKORBAN

Banyak orang memaknai kesuksesan hidup dengan harta, kedudukan dan popularitas. Dengan makna ini, hidup mereka diorientasikan untuk memiliki (to have) atau menjadi (to become). Karena pandangan hidup seperti ini, maka berlomba-lombalah manusia untuk memiliki harta, meraih kedudukan atau popularitas. Mereka mengira dengan harta, kedudukan dan popularitas itu, hidup mereka telah sukses.

Seorang politisi misalnya, akan terus dipacu untuk meraih kedudukan atau jabatan yang lebih tinggi. Meskipun hal itu dilakukan dengan cara mengeksploitasi jabatan publik yang sedang disandangnya. Tak heran jika banyak kandidat dalam suatu pilkada mempromosikan aktivitas publiknya secara berlebihan, hanya karena mengincar popularitas guna memenangkan sebuah pemilihan. Meskipun semua orang tahu bahwa promosi itu dilakukan secara tidak wajar.

Seorang seniman mungkin sampai rela menyebarluaskan informasi hubungan rahasia dan sangat pribadi dengan tokoh publik dalam rangka mendongkrak popularitas. Mungkin ia berharap dengan semakin populer, maka akan semakin meningkat order atau melonjaknya peminat hasil karya seninya. Ujungnya ia berharap akan melimpah pendapatan dan kekayaan yang akan ia peroleh.

Kesuksesan yang sejati sesungguhnya adalah ketika seseorang bertindak dan berbuat yang terbaik pada situasi apapun. Orang yang sukses adalah orang yang mampu mendayagunakan dirinya secara maksimal untuk melakukan semua tugas dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang diembannya. Artinya orang yang sukses adalah orang yang berguna (to use) untuk lingkungannya.

Jadi kalau kita ditugaskan menjadi seorang “merabot” masjid, kemudian kita melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya, maka kita telah sukses. Kalau kita menjadi seorang Office Boy di sebuah kantor, kemudian kita melaksanakan tugas itu dengan sepenuh hati, maka kita berarti telah sukses. Kalau kita menjadi kepala rumah tangga dan mampu menunaikan tanggung jawab itu dengan sebaik-baiknya, maka kita telah meraih kesuksesan. Dan Kalau kita menjadi anggota masyarakat, kemudian kita dapat berbuat secara optimal kepada masyarakat sekeliling kita, maka itu juga berarti kesuksesan kita.

Pantaslah jika Rasulullah saw bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”. Sabda Nabi ini menegaskan akan pentingnya kita menilai kesuksesan diukur dari seberapa bermanfaat kita bagi manusia lainnya. Dengan menggunakan bahasa berbeda, dapat dikatakan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak berbuat sesuatu demi memberi manfaat bagi orang banyak.

Dalam kaitan memberi manfaat bagi orang lain ini, kita perlu belajar kepada Pak Hasbi. Beliau adalah seorang guru ngaji di sebuah kampung kecil di Banten. Namanya tidak pernah muncul dalam koran, apalagi masuk televisi. Beliau tidak pernah bercita-cita untuk menjadi selebriti atau tokoh nasional. Yang ada dalam benak Pak Hasbi adalah bagaimana terus berbakti kepada Allah dengan mengajar anak-anak mengaji setiap ba’da maghrib. Bertahun-tahun amalannya itu dilakukan dengan sepenuh hati. Tak terhitung jumlah anak-anak yang pernah belajar mengaji dan kini sudah menjadi orang tua. Aktivitasnya itu juga tidak mendatangkan uang, karena semua itu dilakukan dengan sukarela. Sekedar uang transport dari mengajar madrasah dan majelis taklimlah yang coba digunakan untuk terus bertahan menjalani kehidupan. Hingga akhirnya ketika Pak Hasbi meninggal dunia, maka tersadarlah warga di sana akan perannya dalam kehidupan. Berbondong-bondong orang mengantarkan jenazahnya ke kuburnya. Ternyata pengorbanan Pak Hasbi selama hidup yang membuat beliau dikenang orang.

Selaras dengan hal ini, di dalam Islam kita mengenal istilah Syahid, yaitu orang-orang yang mendapatkan keistimewaan yang luar biasa di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang dijamin masuk surga tanpa hisab. Bahkan jenazahnya pun tidak perlu dimandikan karena wanginya pengorbanan yang telah dilakukan. Para Syahid adalah manusia-manusia yang sukses dengan pengorbanan.

Dalam tradisi Indonesia, kita mengenal istilah “pahlawan”, yaitu orang-orang yang sangat berjasa (bagi masyarakat) dengan mengorbankan nyawa, harta, tenaga dan pikirannya. Para pahlawan adalah orang yang sukses dalam hidupnya karena bersedia berkorban. Semangat para pahlawan ini yang harus terus kita hujamkan dalam pemikiran dan lubuk hati kita terdalam.
Menjelang Idul Adha yang semakin dekat, sangat pantas rasanya jika kita menyiapkan diri untuk berkorban. Kesempatan berkorban yang disediakan oleh Allah SWT ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kita, guna meraih salah satu makna kesuksesan hidup. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses karena berkorban !

No comments: