24 July, 2021

Dicukur Istri

Karena harus dirumah aja, berhubung ada PPKM Darurat demi menghindari penularan Covid 1. Terlebih lagi ada pandangan bahwa kalau sudah berniat mau kurban tidak boleh potong rambut sampai kurbannya disembelih (selanjutnya dagingnya dibagikan), maka pilihannya adalah saya menahan diri untuk tidak potong rambut dalam waktu yang cukup lama. Jauh lebih lama dari periode potong rambut biasanya. Akibatnya rambut terasa sangat panjang, meskipun sebenarnya panjangnya belum sampai sebahu (sebagaimana panjang rambut sebagian pemain band rock heavy metal). Dampaknya, sudah terasa sangat gatal ingin potong rambut. Maka ketika sudah lewat Idul Adha, dan hewan kurban kita sudah disembelih, maka pemotongan rambut pun akan dilakukan. Sengaja beberapa hari sebelumnya, saya beli alat cukur dari online shop terkenal. Saya pilih alat cukur yang harganya agak menengah. Dipilih harga yang agak “sedengan” maksudnya supaya dapat alat cukur yang agak bagusan, biar mudah digunakan dan hasilnya tidak mengecewakan.

Beberapa hari juga diperlukan untuk merayu istri agar mau memotong rambut saya. Istri saya awalnya belum mau, karena alasan khawatir hasil potongannya jelek. Atau hasil potongannya tidak rapi dan banyak potongan rambutnya acak-acakan. Wajar, karena bagaimana pun memang seumur-umur, istri saya belum pernah memotong rambut saya. Saya terus meyakinkan istri saya, bahwa bagaimana pun hasil potongannya akan saya terima, asal sudah dilakukan dengan hati-hati. Singkat cerita setelah mendapatkan beberapa kali rayuan dan peyakinan dari saya, akhirnya istri saya luluh dan mau memotong rambut saya.

Tibalah waktunya rambut saya mulai dipotong istri saya. Istri saya memulainya dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan. Sedikit demi sedikit rambut saya mulai berjatuhan tergerus mesin potong rambut. Semakin lama, istri saya semakin menikmati. Gerakan tangan istri saya menari-nari di antara, alat cukur, gunting dan sisir. Rambut saya pun semakin banyak yang terpotong. Beberapa kali istri saya berkata, “Stop sampai sini yah ?” Berhubung istri saya masih ketakutan rupanya, Tapi saya pun menjawab “sedikit lagi…”. Lalu pemotongan dilanjutkan lagi. Begitu beberapa kali. Sampai akhirnya memang pemotongan rambut saya berakhir. Dengan hasil akhir, sekitar separuh rambut saya telah terpangkas, dan…, terbentuk satu pitak agak besar di bagian samping kanan rambut saya.  Saya mengucapkan terima kasih kepada istri saya karena telah memotong rambut saya dengan berani dan sukses. Lalu istri saya menanggapi ucapan terima kasih saya dengan tertawa, mungkin akibat adanya pitak di rambut kepala saya itu… (hehehe)

 


 

No comments: