02 April, 2020

Masyarakat Post 4.0


Film-film hollywood sudah sering menuturkan tentang kehidupan masyarakat masa depan yang serba digital dan robotik. Semua orang tinggal memanfaatkan teknologi untuk melakukan kegiatan dan menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Diam-diam, kita pun mulai memimpikannya. "Enak bener kehidupan seperti itu", gumam hati dan pikiran kita. Serba mudah, cepat, akurat dan aman. Kita pun membayangkan kehidupan itu akan datang 10 - 50 tahun lagi.
Tiba-tiba pandemik Covid-19 merajalela. Kebijakan Work From Home, School From Home, Pray From Home, Shopping from home, dan semua kegiatan from home. Masyarakat mengalami aksi pingitan massal berminggu-minggu. Semua pola hidup tiba-tiba mengalami perubahan cepat. Semua harus diubah dengan cara hidup jarak jauh (social distancing atau physical distancing). Teknologi membantu kita melakukan revolusi cara berkomunikasi dan berinteraksi kita. Sebuah evolusi yang normalnya berjalan dalam rentang waktu 5 - 50 tahun, tiba2 mendadak harus dilakukan hari ini (tidak perlu menunggu besok). Kita pun dikarbit untuk memasuki masyarakat pasca era teknologi. Karena terpaksa, kita pun mencoba bertahan dengan penuh kegagahan untuk menjalaninya. Tapi diam2, hati dan perasaan kita masih rindu pertemuan fisik. Kita pun melow untuk bercengkerama dalam tongkrongan manual. Jiwa kumpul berjamaah kita meronta-ronta di antara smarphone dan laptop. Sentuhan tangan, salaman, saling rangkul bahu, bergandengan dalam tawuran rasa, pikiran dan kata di suatu ruang fisik, seperti beban rindu Romeo kepada Juliet. Kitapun mulai merasakan bahwa meeting online tidak mampu menukar semua gelora emosi meeting ragawi. Kini kita terpuruk dalam kangen massal untuk kembali seperti keadaan semula, dengan berharap virus corona segera mengucap sayonara.



No comments: