03 September, 2009

Zakat Emang Ajiib

Casidin, pemuda asal Indramayu, sudah diingatkan oleh Bapaknya agar tidak melanjutkan sekolah sejak lulus SD. “Wis le, ora usah sekolah, Bapak ora gaduh duit (sudahlah nak, tak usah sekolah, Bapak tidak punya uang – Red)”. Bapaknya Casidin adalah tukang kayu serabutan, sementara ibunya hanya menjual nasi goreng yang untungnya hanya cukup buat jajan adik-adik Casidin. Tapi Casidin tidak berputus asa, dia terus berusaha untuk sekolah dengan berbagai cara. Sampai akhirnya ketika Casidin lulus SMA dan bingung karena ingin kuliah, tapi tidak punya uang. Seorang pengurus masjid dekat tempatnya tinggal memberitahukannya untuk meminta bantuan ke Dompet Dhuafa (DD). Singkat cerita akhirnya Casidin bisa kuliah di IKIP Jakarta dan lulus dengan bantuan beasiswa dari DD. Kini Casidin telah bekerja sebagai guru di salah satu sekolah Islam ternama di bilangan kebayoran Jakarta Selatan dengan penghasilan lumayan.

Kisah Casidin adalah contoh bergunanya zakat untuk membantu mengubah kehidupan seorang yang berasal dari keluarga miskin dan mengalami kesulitan dalam pendidikan, akhirnya mampu hidup mandiri. Pengalaman seperti Casidin juga dirasakan oleh Mila mahasiswi yang mampu kuliah di UI berkat dukungan beasiswa dari DD. Setelah lulus kuliah, Mila bekerja di perusahaan kenamaan. Kini Mila pun bisa membantu kehidupan adik-adiknya dan menyisihkan sebagian penghasilannya lagi untuk kegiatan sosial melalui DD.

Dalam bentuk yang hampir sama, Muhammad Husein, remaja yang berlatar belakang keluarga tidak mampu asal Bojong Gede Bogor, selepas SD berkesempatan mengikuti pendidikan di SMART Ekselensia Indonesia yang dibiayai dari dana zakat yang dikelola DD. Selama mengikuti pendidikan di SMART EI pernah menjadi juara 3 Olimpiade Fisika tingkat Nasional. Saat ini Muhammad Husen diterima di UI jurusan Sistem Informasi. Masih banyak penerima manfaat zakat yang dikelola DD dalam bidang pendidikan yang akhirnya menjadi mandiri.

30 Tahun yang lalu, saat belum ada model pengelolaan zakat yang profesional, tidak pernah terbayangkan bahwa zakat akan mempengaruhi sendi kehidupan umat Islam di Indonesia secara signifikan. Saat itu tak pernah terpikirkan akan hadir kisah-kisah keajaiban di seputar zakat. Dari mulai pemuda penganggur yang tertolong hidupnya setelah diberikan pelatihan dan modal usaha sehingga punya usaha sendiri, pemuda dengan ekonomi pas-pasan yang akhirnya bisa bersekolah di luar negeri, seorang Ibu yang mampu dioperasi tumor ganasnya setelah lebih dari tujuh tahun tumor itu bersarang di kening Sang Ibu, atau kisah beberapa anak muda yang diberi modal hanya 1 – 2 juta akhirnya mampu mengembangkan usaha dengan asset 36 Milyar dan mempekerjakan lebih dari 50 orang karyawan.

Zakat adalah ajaran Islam yang pernah mewarnai sejarah perkembangan Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw, sampai kepada generasi sahabat dan para khalifah sesudahnya. Zakat akan senantiasa hadir dengan keajaibaannya manakala disadari dan dikelola dengan tepat. Tetapi kaum muslimin pernah melalaikannya, salah paham dan tidak mengelolanya dengan baik. Maka zakatpun seperti tidak pernah menampilkan keindahannya di tengah-tengah umat.

Umat Islam lebih senang membayarkan zakat sendiri-sendiri, langsung dibagi-bagi kepada mustahik atau orang miskin, mereka tidak lagi menyalurkan zakat kepada pengelola zakat yang amanah untuk didayagunakan dalam rangka mengatasi kemiskinan. Umat Islam begitu bangga beribadah zakat sendiri-sendiri , tidak termobilisasi dan habis begitu saja setiap kali dibagikan, tanpa sisa, tanpa bekas, bagai ombak tinggi di tengah lautan yang terhempas habis menjadi buih di tepi pantai.

DD sebagai Organisasi Pengelola Zakat adalah salah satu contoh fenomena zakat di Indonesia. Lahir dari rahim kepedulian Harian Republika. Pada tanggal 2 Juli 1993 DD dirintis dengan kesederhanaan, hanya dikelola dua orang dengan ruang kantor sempit, komputer pinjaman dan tidak memiliki dana operasional. Saat itu urusan zakat masih dipandang sebelah mata, mengumpulkan zakat dari masyarakat bagai menemukan jarum di tumpukan jerami. Tak banyak uang zakat yang bisa dikumpulkan dari masyarakat

Meski dengan pedih perih serta penuh cobaan dan tantangan, Dompet Dhuafa terus memperjuangkan penyadaran dan pengelolaan zakat yang amanah dan profesional kepada masyarakat. Melalui kesungguhan dan ketabahan yang tiada terkira, perjalanan dari tahun ke tahun, akhirnya DD mulai mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, DD pun kini telah menjadi salah satu pengelola zakat terbesar di Indonesia.

Dari hanya mengumpulkan dana 87 juta setahun, menjadi hampir 80 Milyar pertahun, dari hanya dikelola dua orang, menjadi lebih dari 50 orang, dari hanya dikelola menggunakan komputer sederhana pinjaman, kini telah dilengkapi dengan sarana dan fasilitas kantor yang memadai dan modern. Dari hanya kantor kecil di pojok warung buncit Jakarta selatan, kini telah menyebar ke seluruh Indonesia dan membuka cabang dan perwakilan di berbagai negara.

DD juga telah membantu jutaan orang miskin di Indonesia, mendirikan rumah sakit dan klinik gratis di berbagai daerah, mendirikan dan mengelola sekolah unggulan gratis serta membantu ribuan anak-anak sekolah di Indonesia, memberikan beasiswa kepada lebih dari 1000 orang mahasiswa, melatih lebih dari 7.500 guru, mendirikan dan membina lebih dari 120 BMT dan berpartisipasi menolong lebih dari 50.000 nasabahnya, membangun dan mengembangkan peternakan dengan 12.000 ekor domba dan sapi untuk menolong peternak, serta mengembangkan program pertanian guna menolong lebih dari 2000 petani. Saat ini DD juga sedang dan akan mengembangkan kawasan pemberdayaan masyarakat terpadu dalam lingkup kecamatan di 20 wilayah di seluruh Indonesia, sebagai tonggak perubahan kemandirian masyarakat yang berasal dari dana zakat.

DD bercita-cita agar pada masa depan ketika mobilisasi zakat semakin besar, maka zakat betul-betul mampu didayagunakan untuk menolong orang miskin untuk keluar dari kemiskinannya. Dana zakat digunakan untuk mengelola rumah sakit yang digratiskan bagi orang miskin di seluruh propinsi, mendirikan sekolah dan perguruan tinggi yang digratiskan bagi orang miskin di seluruh Indonesia. Dana zakat pada masa depan juga akan digunakan untuk mendirikan atau membeli perusahaan-perusahaan besar yang kepemilikannya akan diserahkan kepada orang miskin, mempekerjakan orang miskin dan keuntungannya untuk menyejahterakan orang miskin. Sehingga pada suatu hari nanti di pusat-pusat bisnis akan hadir perusahaan-perusahaan raksasa yang kepemilikannya berasal dari dana zakat.

Bila cita-cita itu tercapai, maka sebagian besar orang miskin akan tertolong, umat Islam akan bangga dan terhormat, karena zakat telah menghadirkan keajaiban dan kedahsyatannya kembali di muka bumi. Pantaslah bila kita kemudian berucap : “Zakat Emang Ajiib…!”

No comments: