22 November, 2007

Jalan Terjal Sinergi


Rumah indah bernuansa Ukhuwwah Islamiyah yang ingin dirajut organisasi pengelola zakat, ternyata tidak mudah untuk diwujudkan. Upaya dan langkah yang sudah dicoba dilakukan masih belum optimal tercapai. Dari mulai gagasan kebersamaan melalui wadah forum organisasi pengelola zakat (Forum Zakat / FOZ) yang terbentuk pada tahun 1997, telah menjadi jembatan komunikasi & informasi antar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).


Melalui wadah FOZ pernah dilakukan banyak kegiatan bersama, termasuk sinergi program pendayagunaan dalam bentuk pemberdayaan petani lamongan yang melibatkan lebih dari 1500 petani. Tentu saja, dinamika sinergi program melalui FOZ juga mengalami pasang surut. Sinergi program pendayagunaan bersama yang terakhir coba diangkat FOZ adalah rencana pendirian Rumah Sakit Zakat, yang kemudian kandas setelah mengalami beberapa kali perubahan konsep dan altenatif pemecahan masalah.


Upaya untuk melakukan sinergi pengelola zakat juga pernah digagas oleh Dompet Dhuafa Republika (DD) melalui aliansi lima Lembaga Amil Zakat (LAZ) besar, yaitu DD, PKPU, RZI, DPU DT dan YDSF. Akan tetapi gagasan aliansi lima LAZ besar ini juga terhenti sampai tahap sosialisasi yang tidak berlanjut ke tahap implementasi.


Sampai akhirnya muncul gagasan untuk melakukan sinergi operasional atau sinergi manajemen antara Baznas dan Dompet Dhuafa Republika dengan brand Baznas Dompet Dhuafa. Begitu antusias gagasan sinergi Baznas Dompet Dhuafa ini coba diimplementasikan. Melalui penandatangan Mou antara Baznas dan Dompet Dhuafa Republika yang dilakukan pada tanggal 20 September 2006, menggelindinglah “organisasi maya” hasil sinergi Baznas Dompet Dhuafa. Salah satu hasil nyata dari sinergi Baznas Dompet Dhuafa adalah kelahiran Rumah Sehat LKC Masjid Sunda Kelapa.


Karena tekanan berbagai pihak dan munculnya masalah internal yang tidak mudah diselesaikan, sinergi Baznas Dompet Dhuafa juga akhirnya harus diakhiri. Genap satu tahun, tepatnya pada tanggal 20 September 2007 dibuatlah perjanjian kerjasama baru antara Baznas dan Dompet Dhuafa yang mengubah sinergi operasional atau sinergi manajemen menjadi sinergi program. Dimana dengan pola sinergi program, maka kedua lembaga, yaitu Baznas Dompet Dhuafa terikat untuk membiayai dan mengasistensi beberapa program pendayagunaan bersama.


Berakhirnya sinergi manajemen Baznas Dompet Dhuafa sekali lagi menunjukkan bahwa keinginan untuk mewujudkan sinergi memang tidak mudah. Jalan sinergi laksana jalan yang terjal, yang tidak mudah untuk dilalui. Akan tetapi meskipun jalan itu terjal, bagi setiap pejuang sinergi, maka hal itu tidak boleh menyurutkan langkah untuk mencapainya. Karena pada jalan yang terjal itu juga tersedia kemuliaan dan pahala berlipat yang disediakan oleh Allah SWT bagi yang ikhlas menempuhnya.


Pantaslah jika setelah mengetahui bahwa sinergi operasional Baznas Dompet Dhuafa harus berakhir dan terus mengalami erosi, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, Msi berkomentar : ”Nampaknya jalan (sinergi) masih sangat panjang dan terjal dalam menyatukan visi dan langkah umat. Hanya dengan keimanan, keikhlasan dan kesungguhan Insya Allah kita akan terus membangun sinergi ini, karena memang (sinergi) merupakan suatu keniscayaan dan kebutuhan.”

2 comments:

Anonymous said...

Menurut saya, kegagalan demi kegagalan tersebut tidak secara kebetulan terjadi. Kalau saya ceritakan pengalaman saya ngobrol dengan pihak marketing DD yang terjadi kurang lebih 1 tahun ke belakang, (saya rasa tidak usah disebut siapa dan dimana, ini hanya sekedar untuk introspeksi diri)terkesan bahwa DD itu memang kurang cocok untuk kerjasama manajeman dan program. Entah kenapa waktu itu saya dan beberapa rekan menyatakan mundur dari penjajagan kerjasama tersebut.
Alasan kami waktu itu adalah bahwa DD terlalu professional, tidak cocok dengan kami, ingin kelihatan namnya, nampak ke luar. Padahal setiap lembaga juga punya keinginan yang sama. Karena keduanya seperti itu, ya akhirnya tidak ketemu.
Kasus dengan Baznas juga saya melihatnya seperti itu, orang BAZNAS tidak mau kehilangan nama hanya karena DD.
Kenapa?
karena memang DD selalu menonjol, baik dalam manajeman maupun program-program yang digulirkan.Pokoknya DD lebih unggul dari BAZNAS.kalau samapi DD selalu yang menonjol, ya akhirnya BAZNAS akan tenggelam sendiri. Siapa mau begitu?
Kalau saya boleh numpang saran, DD boleh kerjasama, tapi tak usahlah sambil numpang promosi, numpang nama, ngambil keuntungan materi, atau lainnya. Saya juga dapat kabar angin, entah benar entah tidak, bahwa lembaga zakat yang dibimbing atau didirikan atau yang kossultannya dari DD itu harus menyetor beberapa prosen pendapatan zakatnya ke DD. Secara manajemen itu si layak-layak saja.
tapi kalau menurut orang-orang seperti saya, tak usahlah seperti itu dilakukan. Kesan yang ditimbulkan dari hal seperti itu akhirnya jadi kurang baik.
Sekarang yang paling bagus untuk memaksimalkan seluruh potensi ZIS di Indonesia ini adalah dengan mengoptimalkan BMT dan masjid-masjid. Kenapa Masjid?
Saya melihat, seluruh kegiatan atau organisasi yang berangkat dari masjid itu selalu sukses. Buktinya dengan LAZ Al-Azhar. Bapak tahu berapa pendapatan AL-Azhar Ramadhan tahun ini? bandingkan dengan DD. Berapa prosen kenaikannya? Bukan jumlahnya.
Ayo kita gandeng masjid-masjid dan BMT untuk memaksimalkan ZIS ini.
Terimaksih dan mohon maaf
Wassalamualaikum
hanya saran saja

Amelia Fauzia said...

Salam, Pak Juwaini,
Saya kutip opini ini boleh ya...?